Selamat Kepada
Dr. Bambang Marhaendra Djaya
Telah mempertahankan Disertasinya dalam Ilmu Pengetahuan Budaya (Arkeologi) Universitas Indonesia
di depan Senat Guru Besar Universitas Indonesia pada Hari Kamis, 21 Juli 2016
Promotor: Prof. Dr. Noerhadi Magetsari (emiritus). Ko Promotor : Prof. Dr. Prijono Tjiptoherijanto
Ko Promotor 2 : Raldi Hendra Koestoer, Drs., M.Sc, Ph.D, APU
Panitia Penguji: Prof. Dr. Adrianus L.G. Waworuntu, MA, Prof. Dr. Agus Aris Munandar, Dr. Ermawati Marwoto, Dr. Ninny Soesanti Tedjowasono, M.Hum. Dr. Ali Akbar.
Dengan Judul Disertasi:
Peran Serta Masyarakat Sekitar Situs Sebagai Modal Sosial dan Dampaknya Bagi Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat
(Studi Kasus di Candi Penataran, Sawentar dan Simping)
Pidato pengukuhan oleh Prof. Noerhadi Magetsari (Promotor)
Assalammualaikum warochmatullohi wabarakokatuh
Hadirin dan hadirat yang saya hormati.
Pertama tama ijinkanlah atas nama Prof Prijono Tjiptoheriyanto dan saya sendiri menyampaikan selamat dan penghargaan atas keberhasilan Saudara Bambang Mahaendra Jaya dalam menyelesaikan penulisan disertasi serta kemudian berhasil mempertahankannya di hadapan panitia ujian pra maupun promosi. Atas dasar semua itu maka ia berhak menyandang gelar doktor.
Hadirin dan hadirat yang saya hormati.
Hakekat arkeologi yang bersifat interdisiplin membuka kesempatan bagi para ahli dari bidang ilmu lain melalui perspektif bidang keahlian ilmu mereka untuk ikut serta dalam memperkaya pengembangan arkeologi sebagai ilmu. Sebagai contoh dapat dikemukakan misalnya Allison Wylie dan Merrilee Salmon keduanya gurubesar filsafat mengkajinya pada tataran epistemologi, demikian pula Jane Keelley sebagai seorang ahli filsafat ilmu pengetahuan mengupasnya pada tataran methodologi. Departemen arkeologi melalui program doktornya mulai mencoba untuk mengikuti pola pengembangan ini, dengan memberi kesempatan kepada mereka yang berlatar belakang keahlian di luar arkeologi untuk mengikuti programnya. Dua orang pertama yang mengikuti percobaan ini adalah Sdr. Sumanto yang berlatar belakang antroplogi dan Saudara Bambang sendiri. Saudara Sumanto telah menyelesaikan studinya pada tahun akademik yang lalu sedangkan Sdr. Bambang dengan latar belakang bidang keilmuan geografi ekonomi sebagaimana yang kita saksikan sekarang mencapai gelar doktornya pada tahun akademik yang sedang berjalan ini. Kiranya bagi Sdr. Bambang keikutsertaannya dalam program ini tidaklah asing oleh karena bidang keahliannya sendiri telah bersifat interdisiplin. Berbeda dari ketiga ahli filsafat yang saya sebutkan tadi yang membatasi kajiannya pada tataran teori, Dr. Bambang melengkapinya dengan segi praxisnya. Demikianlah melalui penelitian dan kemudian penulisan disertasi, dalam segi praxis ia mencoba untuk ikut merintis pengembangan sebuah kekhususan arkeologi mutakhir yaitu apa yang dikenal sebagai community archaeology.
Hadirin dan hadirat yang saya hormati
Arkeologi komunitas (communitiy archaeology) merupakan gerakan baru di antara para ahli arkeologi yang berusaha untuk membuat arkeologi lebih bersifat inklusif, di samping upaya meningkatkan akuntabilitas penggunaan dana masyarakat dalam membiayai penelitiannya. Adapun salah satu cara yang ditempuh adalah dengan membuka kesempatan kepada masyarakat pada umumnya untuk terlibat dalam kegiatan ilmiahnya. Cara pendekatan kepada masyarakat yang demikian inilah yang dewasa ini dikenal sebagai communitiy archaeology, serta kemudian berkembang menjadi sebuah kekhususan baru. Kekhususan ini yang pada awalnya diperkenalkan dan kemudian diterapkan oleh para ahli arkeologi di Selandia Baru dan Australia, melalui Inggris dewasa ini telah mendunia. Walaupun demikian, keterlibatan masyarakat itu pada umumnya masih terbatas pada kegiatan ekskavasi. Di Indonesia community archaeology ini baru mulai menarik perhatian Dr. Daud Tanudirdjo dari Departemen Arkeologi Universitas Gadjah Mada yang memperkenalkannya sebagai sebuah mata kuliah pada jenjang sarjana. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa disertasi Dr. Bambang yang telah membahasnya pada jenjang doktor menjadikan Departemen Arkeologi kita tidaklah terlalu ketinggalan.
Dengan latar belakang keilmuannya di bidang ekonomi, di bawah bimbingan Prof. Prijono Tjiptoheriyanto, ia berhasil menghitung potensi ekonomi sebuah situs arkeologi beserta masyarakat sekitar secara kuantutatif sehingga dapat dikonversi menjadi aset. Sebagaimana diketahui masyarakat sekitar Candi Penataran yang dijadikannya sebagai studi kasus, dewasa ini tengah mengembangkan ekonomi kreatif. Dengan demikian maka seandainya arkeologi komunitas versi Dr. Bambang diterapkan, maka bangunan cagar budaya yang sekarang ini masih merupakan cost centre, tidak saja dapat mandiri akan tetapi dapat pula dikembangkan menjadi sebuah profit centre. Tambahan pula dengan sedang dikembangkannya ekonomi kreatif melalui pendirian sebuah Badan tersendiri, digalakkannya pariwisata dengan memperbanyak tujuan wisata, serta pengelolaan Cagar Budaya di bawah sebuah Otoritas yang mandiri, maka pengembangan arkeologi komunitas benar benar mutlak dikembangkan menjadi sebuah langkah yang sangat strategis. Dengan lain perkataan, model arkeologi komunitas Dr. Bambang, lebih maju dibandingkan dengan penerapan community archaeology pada umumnya, yang baru mampu memberikan keterlibatan masyarakat sebatas ekskavasi.
Hadirin dan hadirat yang saya hormati
Selanjutnya dengan latar belakang keilmuan di bidang geografi, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kecuali Candi Borobudur belum ada situs arkeologi lain yang masuk dalam tata ruang strategi nasional. Ia menemukan kenyataan bahwa wilayah situs arkeologi belum tercatat sebagai wilayah budaya karena berada dalam wilayah pengembangan sehingga menjadi rentan untuk terintegrasi dalam rencana pembangunan industri atau perumahan yang kini sedang marak dilakukan. Tambahan pula status situs arkeologi atau bangunan cagar budaya yang dinilai sebagai cost centre, pada gilirannya juga dianggap menggrogoti anggaran belanja negara ataupun anggaran belanja daerah, sehingga pada gilirannya pemanfaatannya pun diubah dari wilayah cagar budaya menjadi lahan yang berdaya guna untuk menambah anggaran. Fenomena yang demikian ini diperparah oleh sikap masyarakat sendiri. Oleh karena tidak pernah dilibatkan, sebagaimana yang terjadi terhadap situs Trowulan misalnya, mereka merasa tidak berkepentingan sehingga justru menolak pada waktu situs arkeologi ditetapkan sebagai cagar budaya. Dalam disertasi ini Dr. Bambang mencoba memberikan jalan keluar bagaimana mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi di bidang penataan tata ruang ini dengan kiat bagaimana membuat situs arkeologi dapat masuk ke dalam tata ruang strategi nasional.
Hadirin dan hadirat yang saya hormati
Selanjutnya kepada para penguji, terutama kepada Prof Prijono Tjiptoherijanto dan Prof Raldi Koestoer yang telah menyoroti disertasi ini dari luar bidang arkeologi, saya sampaikan terima kasih atas berbagai pertanyaan dan kritik yang telah disampaikan sehingga dapat kiranya menambal celah-celah kelemahan yang semula tidak terlihat oleh saya selaku promotor.
Kepada Dr. Bambang Mahaendra Jaya, ungkapan klise mengatakan bahwa disertasi bukanlah sebuah karya terakhir seorang ilmuwan melainkan sebuah karya awalnya. Terlebih lagi bagi Saudara yang telah memelopori upaya pengembangan arkeologi komunitas di Indonesia, sehingga atas dasar itu Saudara dituntut untuk bertanggung jawab, tidak saja terhadap upaya pengembangannya secara akademis akan tetapi juga dari segi praxis atau pelaksanaannya di lapangan karena apabila arkeologi komunitas ini tidak segera dimulai maka saya khawatir arkeologi akan tertelan oleh laju pembangunan yang sedang berlangsung dengan sangat intensif. Di samping itu Saudara diharapkan pula untuk dapat menjadi ahli arkeologi yang mampu menyampaikan secara akademik bagaimana agar situs arkeologi dapat menjadi sebuah wilayah budaya tersendiri dalam tata ruang strategi nasional.
Akhirul kata saya doakan segenap hadirin dengan menyampaikan billahi taufik wal hidayah wasalam mualaikum warochmatullohi wa barokatuh.
Jakarta, 21 Juli2016
Profile:
Dr. Bambang Marhaendra Djaya
S1 Geografi FMIPA UI, S2 Ekonomi UI, S3 Arkeologi UI
Supporter: taqy, Dr. Atiek, Iin, Dr. Supri, Pipin