Prof. Dr. Jatna Supriatna, Guru Besar Departemen Biologi FMIPA UI telah memasuki masa purna tugas pada 1 Oktober 2021 . Menandai masa purna tugasnya, ia menyampaikan pidato berjudul Biologi Konservasi : Saka Guru Pelestarian dan Wisata hidupanliar sekaligus peluncuran buku otobiografi yang mengisahkan perjalan hidup sang ilmuwan sekaligus tokoh lingkungan hidup yang sering digambarkan sebagai “Begawan Konservasi Alam” tersebut, pada hari Selasa (12/10/2021).
Dalam pidato nya, Prof. Jatna menyampaikan sebagai cabang ilmu muda, biologi konservasi didasarkan atas hasil integrasi dan sintesis dari banyak ilmu dasar biologi; genetika, biologi evolusi, biologi populasi, biogeografi, dan ekologi. Disiplin Ilmu ini mulai terlihat ketika ilmu ekologi komunitas dan biogeografi pulau berkembang sangat pesat dengan banyak sekali teori-teori yang muncul pada era 1960 dan 1970.
Alam dan biodiversitas memeberikan suatu sensasi emosional yang luar biasa, berperan sebagai sumber psiko spiritual bagi manusia. Dekat dengan alam memberikan ketentraman bagi siapapun. Alam terus memberikan inspirasi, untuk kerja kreatif melalui nilai estetika biodiversitas yang luar biasa. Alam memang unik, dan membuat manusia ingin tahu dan menjelajahinya. Ada suatu kepuasan batin yang tak ternilai dalam hati manusia ketika menjelajah alam.
Sektor pariwisata saat ini menjadi harapan banyak orang karena memang alam Indonesia merupakan mega biodiverisitas unggulan di dunia. Salah satu sektor wisata yang turut berkembang adalah wisata hidupanliar, wisata alam, dan wisata yang berhubungan dengan ekosistem. Wisata hidupan liar menjadi salah satu pilihan dalam mempromosikan lingkungan khas yang terjaga keasliannya sekaligus sebagai kawasan kunjungan wisata. Potensinya dirumuskan dalam konsep pengembangan lingkungan yang berbasis konservasi alam.
“Suatu kawasan akan bernilai tinggi dan menjadi daya tarik tersendiri bila ada suatu spesies atau ekosistem yang khas”. ujar prof. Jatna.
Selain pidato, sebuah buku otobiografi berjudul Jejak Selusur Seorang Petualang, Pendidik dan Wiraswasta Peri Kehidupan Alam pun diluncurkan. Karya yang menceritakan masa muda sampai usia senja bertualang di hutan-hutan di Indonesia dan 80 negara di dunia itu ditulis sendiri oleh Prof. Jatna, dan diterbitkan oleh Yayasan Obor.
“Saya bercerita perjalanan hidup saya tidak bermaksud agar saya tersanjung, terpuji, terkenal dan semacamnya yang bersifat riya dan ujub. Insya Allah saya tidak bermaksud untuk hal-hal tersebut. Memang saya juga agak bingung bagaimana saya bercerita agar tidak mengarah kepada suatu kebanggaan dan harga diri, tetapi mencoba bercerita mengenai pekerjaan seorang petualang, pendidik, peneliti dan penggiat konservasi alam”. ujarnya.
“Buku ini dibuat dalam waktu sangat singkat ketika saya harus tinggal di rumah terus-menerus selama lebih dari satu tahun di masa pandemik Covid-19. Masa pandemik membuat saya sangat produktif menulis. Saya mengisi waktu dengan membuat buku dan makalah. Tetapi saya tidak begitu bahagia karena saya tidak dapat bertatap muka dengan mahasiswa yang haus dahaga merindukan ilmu pengetahuan”. sambung Prof. Jatna.
Tak hanya berbagi kisah tentang petualangan semasa muda hingga senja, melalui buku setebal hampir 500 halaman itu, ia ingin memotivasi para pembaca khususnya generasi muda dengan minat pada kelestarian alam, yang diharapkan dapat menjadi generasi penerus tongkat estafet dirinya.
Pada acara yang ditayangkan secara langsung melalui kanal youtube resmi FMIPA UI ini, juga diselenggrakan Webinar Konservasi Spesies Endemik vs Wisata Hidupanliar Berkelanjutan dengan menghadirkan sejumlah pakar dan praktisi di bidang konservasi yakni, Ir. Wiranto, M. Sc. (Dirjen KSDSE KLHK), Dr. Frans Teguh, M.A. (Staf Ahli Kemenparekraf), Stave Noakes (Ecolodge Indonesia), Dr. Samedi (Direktur TFCA, Sumatera, Kehati), Lukita Awang Nistyantara, S. Hut., M. Si. (Kepala Taman Nasional Komodo), dan Arief Setiawan, S. Hut. (SwaraOwa).
Pada acara ini turut mengucapkan selamat dan terima kasih serta testimoni dari Dr. Sandiaga Salahuddin Uno, B.B.A., M.B.A. (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), dan para kolega yakni, Dr. Alue Dohong (Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan), dan Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris (Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan UI sekaligus Guru Besar FMIPA UI), Prof. Sumi Hudiyono PWS (Ketua Dewan Guru Besar FMIPA UI), Prof. Dr. Soekarja Somadikarta (Prof. Emeritus Biologi FMIPA UI).
Begawan ilmu lingkungan sekaligus anggota AIPI Prof. Dr. Emil Salim, M.A., Ph.D. turut memberikan testimony bersama Prof. Ir. Rachmat Witoelar (Menteri KLH tahun 2004-2009), Dr. rer. nat. Yasman (Ketua Departemen Biologi FMIPA UI), dan Kartini Nurdin (Yayasan Pustaka Obor Indonesia). Seluruh testimoni itu mengekspos Prof. Jatna sebagai primadona dalam bidangnya menjaga biodiversitas, terutama biologi dan zoologi.
Prof. Jatna Supriatna, lahir pada 7 September 1951 di Gianyar, Bali. Ia telah menjadi pejuang kelestarian lingkungan selama lebih dari 40 tahun. Tak hanya mendedikasikan diri di UI tapi ia juga aktif memberi ilmu di luar kampus berbekal semangat untuk membimbing mahasiswa dan kolega untuk sharing ilmu. Beliau telah membimbing master dan doktor di beberapa universitas di Indonesia seperti IPB University dan Universitas Sumattra Utara juga di Malaysia (Universitas Kebangsaan Malaysia dan Universitas Putra Malaysia) dan juga di Australia (Australian National University).
Selain aktif mengajar dan meneliti, ia juga aktif dalam berbagai kegiatan organisasi. Ia dipercaya mengemban amanah sebagai pimpinan dalam organisasi tersebut, diantaranya Jatna menduduki jabatan Executive Director, kemudian diangkat sebagai Vice President Conservation International di Indonesia, Direktur Institute for Sustainable Earth and Resources (ISER) FMIPA UI, dan Co-chair, United Nations Sustainable Development Solution Network (SDSN) for Indonesia. Tahun 2011, beliau diangkat oleh Presiden RI sebagai anggota Komisi Ilmu Pengethuan Dasar, Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) karena keahlian dan prestasinya dinilai berdampak positif bagi pengembangan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan kepada pemerintah serta masyarakat untuk mencapai tujuan nasional. Sejak tahun 2017 sampai sekarang, beliau juga menjadi Ketua Perhimpunan Cendekiawan Lingkungan Indonesia.
Kiprah Prof. Jatna di bidang biologi konservasi telah diakui dunia. Atas komitmen dan konsistensinya menekuni bidang biologi konservasi ia berhasil meraih prestasi-prestasi gemilangnya yang diganjar berbagai penghargaan nasional dan internasional.
Beberapa penghargaan nasional yang berhasil ia raih diantaranya B.J. Habibie Award tahun 2008 dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam, Achmad Bakrie Awards dalam bidang ilmu pengetahuan Dasar dan Lingkungan dari Freedom Institute, Jakarta pada tahun 2011, Peneliti senior terbaik dari Universitas Indonesia, dan pemenang publikasi terbaik di Universitas Indonesia pada tahun 1991.
Sederet penghargaan internasional pun berhasil ia torehkan, mulai dari Netherland Golden Ark Award for Nature Conservation oleh Prince Bernhard of the Netherland pada tahun 1999, Terry MacManus Award dari Conservation International, Washington DC pada tahun 2010, hingga Lifetime Achievement and leadership in the field of Biodiversity Conservation dari Conservation International, Washington DC, USA pada tahun 2017.
Tak hanya itu, lulusan doktor dari University of New Mexico Amerika Serikat tahun 1991 ini juga beberapa kali tercatat menerima pendanaan penelitian dari lembaga penelitian terkemuka di dunia, salah satunya hibah penelitian dari US AID untuk Perubahan Iklim, Newton Fund, UK to study Biodiversity and Economy in Wallacea tahun 2018. Berbagai perolehan pendanaan itu turut menambah daftar panjang pencapaian sang pecinta alam tersebut sekaligus bukti atas perjuangan, dan komitmennya dalam berdedikasi pada lingkungan.
Beraktivitas sebagai pendidik dan juga sebagai pegiat lingkungan dan konservasi satwa liar menjadikan beliau banyak diundang ke berbagai seminar nasional dan internasional, dan dikenal baik oleh tokoh konservasi dunia. Perjalanan panjang ikut dalam riset-riset global, seminar dan konvensi internasional telah digambarkannya dalam buku baru beliau berjudul “Otobiografi Jatna Supriatna: Jejak Selusur Seorang Petualang, Pendidik, dan Wiraswasta Perikehidupan Alam” yang diterbitkan oleh Yayasan Obor, Jakarta.
Hingga kini, tercatat 21 buku yang diterbitkan Pustaka Obor dalam Bahasa Indonesia dan dalam bahasa Inggris oleh Springer. Selain itu juga lebih dari 150 karya ilmiah yang dipublikasi di jurnal internasional bereputasi seperti di Nature, Science, Scientific Reports, Conservation Biology, Global Eecology and COnservation dan lainnya. Lebih dari 100 makalah telah dipresentasikan oleh Prof. Jatna dalam pertemuan ilmiah di Indonesia maupun di luar negeri. Serta puluhan tulisan di koran Kompas, Sinar Harapan, Jakarta Post dan lainnya
Sumber berita : https://sci.ui.ac.id/